Petangku cerah, pikiranku bersinar, ketika aku baru niat mau mandi karena seharian belum mandi, handuk masih setia melingkar di leherku. Lembaran kertas ulangan para siswaku masih belum selesai kuperiksa. Aku masih galau antara mandi atau lanjut mengoreksi. Tiba-tiba hpku berdering. Nomor tak dikenal.
"Halo Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam, ini nomor siapa ya?"
"aku loh kak, kok nomor aku gak disimpan?"
"siapa?"
"Aduh kk, nomor aku gak disimpan lagi kan"
Aku terdiam, mikir. Siapa ya? Tiba-tiba aku teringat Tio, adik angkatku yang tinggal di Riau. Dulu Tio sering meneleponku dan kadang pakai nomor baru. Tio juga sering ngomong kayak begitu: "kok nomor aku gak kakak simpan?" Kebetulan suaranya mirip sekali dengan suara Tio.
"ini Tio ya?" aku memastikan.
"Iya kakak"
"Banyak kali nomormu dek"
"Kan beneran gak disimpan"
"Ini masih disimpan kok, 0812....."
"Iya kak, itu kan nomor WA ku"
"oh iya" Jawabku.
"Kakak lagi dimana?"
"Di rumah dek, kenapa dek?"
"Kakak lagi dimana?"
"Di rumah dek, kenapa dek?"
"Kakak mau nolong aku gak?"
"nolong apa dek?"
"Begini kak, tadi ada koper yang jatuh dari mobil. Aku mau ngembalikan ke orangnya. Tapi sayangnya bapak-bapak yang pertama kali nemu koper itu gak mau ngasih kopernya"
"trus kakak bantu apa?"
"Kakak pura-pura nelpon sama aku, ngaku kalo kakak itu kakakku, orang yang punya koper"
"maksudnya gimana??"
"kakak beneran mau nolong kan, ini kopernya isinya barang berharga semua kk, ada HP 8 unit sama perhiasan emas, tapi kayaknya bapak ini gak mau mengembalikan ke yang punya kak"
"Ya Allah dek, kasian kali orang yang kehilangan itu. Bantulah, kembalikan"
"Iya, makanya kakak tolong aku, pura-pura jadi orang yang kehilangan koper itu kak. Biar nanti kukasih nelpon sama kakak, kakak bantu aku ngomong sama bapak itu ya."
"oke" aku mikir, "mau ngomong apa ya sama bapak itu?"
Kupikir, kok aku dapat telepon Tio sekali-sekali kayak begitu. Aku disuruh nipu. Tapi kayaknya Tio benar-benar mau bantuin orang itu.
Kupikir, kok aku dapat telepon Tio sekali-sekali kayak begitu. Aku disuruh nipu. Tapi kayaknya Tio benar-benar mau bantuin orang itu.
"Ini kak data yang punya koper dari KTP nya"
"Iya, namanya siapa..alamat... barang yang ada dalam koper..."
"Nama di KTP SRI DEWI, alamat Jl. Cempaka Putih No.10 Jakpus, isi koper ATM, KTP, HP Samsung Galaksi 8 Unit, Dompet merah berisi kalung dan gelang emas beserta surat-suratnya.
Semuanya dijelaskan oleh Tio, dan aku menulisnya.
"Itu aja ya?"
"Iya kak, itu aja. Aku kasih hp ini sama bapak itu ya kak, biar kakak jelasin kalo itu koper milik kakak dan aku ini adeknya kakak, yang mau ngambil koper. Aku beneran gak yakin sama bapak itu kak, beliau jual roti keliling"
"Oke" Jawabku
Kemudian Tio menyerahkan Hp itu kepada bapak-bapak yang menemukan tas itu.
"Halo assalamualaikum"
"Waalaikumussalm, pak, maaf sebelumnya, bapak yang menemukan koper saya ya?"
"Iya, mbak, ini punya mbak ya?"
"Alhamdulillah..iya pak, tolong dikembalikan sama adek saya ya pak."
"kalo ini beneran punya mbak, isinya apa aja mbak? nama dan alamat mbak apa?
Maka kujawab semua berdasarkan yang disampaikan Tio tadi.
"Tolong ya pak, kembalikan sama adik saya"
"oke mbak"
Hp diberikan lagi kepada Tio,
"Kak, bapak itu kan udah menemukan koper, bagusnya kukasih uang berapa sama bapak itu ya"
"Uang Tio ada berapa?"
"200 ribu di dompet kak"
"Ya udah, kasih 50 ribu aja"
"Gak mungkin kak, ngasih 50 ribu, barangnya kan banyak berharga. Aku kasih 200 ribu ya kak."
"oke, mana baiknya lah"
Beberapa saat kemudian, Tio menelepon lagi, memintaku untuk mengucapkan terima kasih. Kupikir ini selesai, ternyata inilah awal mula jebakan betmen..ðŸ˜
Tio memintaku untuk mengucapkan terima kasih kepada bapak itu karena sudah menemukan koper yang aku akui milikku. Masih melalui hp, ternyata dibalik ucapan terima kasih, bapak itu meminta uang sebagai balas budi. Rupanya uang yang Tio kasih belum cukup. Karena beliau pengennya 500ribu, untuk bayar sewa rumah. Tio memelas memohon padaku untuk membantunya, karena uangnya udah gak ada lagi. Uang masih kurang 300 ribu lagi. Kalo gak dibayar, bapak itu gak mau ngasih koper itu. Karena aku menganggap dia beneran Tio adekku, maka aku langsung bertanya,
"gimana kalau kakak transfer aja?"
"ATM jauh dari sini kak"
"Trus gimana?"
"Kakak kirimin pulsa aja ya kak, sama dia"
"Emang beliau punya HP?"
"Bentar kutanya dulu kak"
Akhirnya, aku kembali lagi berbicara lewat telpon sama bapak itu, beliau mau dikasih pulsa aja sebesar 300 ribu sambil memberikan nomor hp nya. Nanti pulsanya bisa dijual aja katanya biar bisa punya uang untuk bayar sewa rumah. Setelah transfer pulsa selesai, koper akan segera diberikan sama Tio. Aku yang terlalu polos ini karena mau menolong si Tio tadi akhirnya segera ke konter, membeli pulsa sebesar 300rb. Dan mengirim ke nomor Bapak itu. Temanku yang jualan pulsa bingung dan bertanya-tanya padaku itu untuk siapa. Kujelaskan sama temanku itu panjang lebar.
"Siapa?"
"Adik angkatku yan" Kataku pada Diansyah temanku yang jual pulsa.
Setelah mengisi pulsa aku pulang. Adzan magrib telah berkumandang. Pulsa 300 ribu sudah masuk ke Bapak itu. Tio berterima kasih, karena sudah membantu melancarkan urusan untuk mengembalikan koper itu.
"Kak, aku pulang dulu ya, kopernya udah sama aku. Nanti sampai rumah kutelepon lagi buat ngejelasin semuanya."
"Oke"
Aku melirik Jam di hp, pukul 18:29. Tiba-tiba hp ku berdering lagi. Tio lagi pikirku.
"iya Tio?"
"Kak, Bapak ini gak mau terima uang itu, katanya masih kurang"
"Astaghfirullah, kan tadi perjanjiannya kayak gitu dek"
"Iya kak, tapi Bapak itu gak mau ngasih kopernya. Tolonglah kak, Tio capek debat sama bapak itu. Ini kakak aja ya yang ngomong sama bapak itu"
Akhirnya Tio memberi hp sama bapak itu lagi, maka bapak itu juga berdebat sama aku, beliau minta ditambah 200 ribu lagi, dan diakhiri oleh kata-katanya yang mengancam,
"Ya udah, koper ini gak jadi aku kasih"
"Bapak tinggal dimana ya? nama bapak siapa? tanyaku kesal.
"Jangan-jangan ini emang bukan kakak kamu", katanya kepada Tio
"Ya sudah, koper ini gak jadi aku kembalikan"
Tio langsung membujukku agar menambahkan lagi 200 ribu. Aku berpikir, kalau gak aku kasih, berarti sia-sia aja yang 300 ribu yang kukasih sebelumnya. Aku juga iba mendengar Tio benar-benar minta tolong.
"Kak, bilanginlah kalo kakak mau kasih 200 ribu lagi, bapak itu dah mau pergi kak, gak mau kasih kopernya"
"Iya, tapi masalahnya, kakak mau ke konter depan itu jauh, dan lama." kataku
"ayolah kak, tolong....."
Akhirnya aku beranjak kembali ke konter, melirik jam, pukul 18:34. Sampai di konter temanku bengong, aku menjelaskan semuanya sambil bawa hp. Tio terus mendesak karena bapak itu mau pergi. Sebenarnya dalam pikiranku kenapa tak dihajarnya aja ya bapak itu. Tio kan anak PSHT, dan bapak itu melanggar janji. Tapi ya sudahlah...
Pulsa pertama 100 ribu masuk kukirim ke nomor Tio, biar Tio aja yang mentransfer ke bapak itu, pulsa kedua lama masuknya. Tio semakin mendesak, temanku yang jual pulsa benar-benar curiga. Pulsa 100 ribu kedua katanya belum masuk-masuk,
"kakak kirim ke nomor bapak itu aja" kata Tio
"Tapi pulsanya udah dikirim ke nomormu loh Tio"
"belum masuk kak, udah aku cek, masih 8 ribu saldoku. Tolonglah kak"
"Tunggu aja Tio, jedanya 5 menit kok"
"Bapaknya ini mau pergi kak, atau kakak kirim lagi aja ke nomor bapak itu 50 ribu. Kalo pulsa aku nanti udah masuk bisa langsung aku ganti, transfer ke kakak"
Aku meminta Diansyah untuk mengirim pulsa ke nomor bapak itu, tapi Diansyah tidak mau.
"Udah gak bisa, karena Hp nya terbatas 3 kali pengiriman aja, dan kami juga hanya bisa mengisi 3 kali untuk satu konter" Kata Diansyah ikutan ngomong lewat hp.
Tio semakin mendesak.
"Gak bisa dek, lagian hari hujan, konter yang lain jauh." Aku gelisah sambil melirik jam di komputer Diansyah.
"Atau kirim ke nomor istriku aja" Bapak itu menyahut lagi
"Yaudah kak, kirim ke nomor istrinya aja"
"ini nomor istriku 08......"
Aku diam
"kak, udah kakak kirim ke nomor istrinya?
Aku diam
"Kak, kakak ni mau nolong apa nggak sih?" Kata Tio membentak.
Aku diam, kupikir belum pernah Tio sekurang ajar begitu sama aku.
Diansyah memintaku mematikan telpon.
"itu beneran adikmu?"
"iya"
"gak usah mau kalo bapak itu minta isikan pulsa istrinya, nanti dia malah ngaku-ngaku gak masuk. Lagian pulsa 200ribu itu udah masuk kok, ini buktinya." Diansyah menunjuk pemberitahuan telegram di layar monitor komputernya.
Aku melirik lagi jam di layar monitor Diansyah, pukul 18:57, gelisah.
Aku melirik lagi jam di layar monitor Diansyah, pukul 18:57, gelisah.
"Yan, aku belum solat magrib"
"Ya udah, solat dulu, ambil wudhu gih ke belakang"
Hp ku berdering lagi, Tio lagi. Kuangkat lagi.
"Gimana kak?"
"Udah masuk kan pulsa yang kakak kirim?"
"belum kakak, masih 8 ribu, kalo masuk pasti aku kasih tahu kak"
aku mematikan Hp.
"Kamu yakin itu adikmu?" tanya diansyah
"Iya ya, adikku apa bukan ya..." Aku menjadi ragu.
Diansyah langsung mengajakku ke belakang, mengambil wudhu untuk solat Magrib.
"Itu, kamu solat dulu, gak usah diangkat lagi telpon itu"
"tapi..." aku masih cemas, takut usaha Tio sia-sia gegara pulsa yang ku kirim tidak masuk, bapak itu gak mau nyerahin kopernya.
"udah, kamu solat dulu, gak usah dulu angkat-angkat hp." Diansyah sepertinya paham sesuatu karena begitu mendesakku untuk wudhu dan sholat.
Usai Sholat, 3 panggilan tak terjawab Tio. Aku segera menelepon Tio lagi dan bertanya,
"Udah masuk pulsa yang kakak kirim?"
"Belum juga kak, kirimlah ke nomor istri bapak itu"
"Ini beneran Tio kan? tanyaku
"Iya lah kak, siapa lagi. Kok kakak gitu?"
"Beneran ini Tio?'
"iya kak, kok kakak nggak percaya sih sama aku?"
"Kalo ini beneran Tio, kita pertama ketemu dimana?"
"Kakak kok gak percaya sama aku?" Nada suara Tio meninggi
"Jawab aja" kataku lagi
"Kakak kok gitu??"
"Dimana?"
"Di Hotel......"
Aku langsung mematikan Hp sebelum sumpah serapahku meluncur. Ternyata Tio yang meneleponku ini bukanlah Tio Adik angkatku itu, sebab pertama kali aku bertemu Tio bukan di hotel, tapi di warung pecel lele Mas Sis, sahabatku. Tio ini adalah Ghaib, koper itu juga ghaib, bapak-bapak ghaib, dan pikiranku juga mendadak ghaib alias hampa. Aku terdiam sejenak,
"Yan, aku ditipu..Habislah uangku 500 ribu"
Diansyah memberikanku minum yang memang dari tadi sudah disiapkan untukku.
"Sudah kutebak, kamu ditipu."
Cerita ini khusus kutulis untuk kawan-kawan. Kalo ada yang menelepon, trus ngomong "kok nomorku gak disimpan?" tanyain aja benar-benar, selengkap-lengkapnya, detail dia siapa. Penipuan ini memanfaatkan kepercayaan kita terhadap orang terdekat. Seperti aku yang sudah benar-benar percaya sama Tio. Diansyah berpikir bahwa aku kena hipnotis, makanya Diansyah langsung menyuruhku cepat berwudhu. Tapi kalo menurutku itu bukan hipnotis, karena aku ingat seluruh kejadian dan apa yang disampaikan oleh penipu.
Aku berusaha tetap tenang, ngadem, tapi jujur, aku sedikit nge-bleng. Kukirim sms sama nomor penipu itu,
Kemudian aku pulang, tak lupa mengucapkan terima kasih pada Diansyah. Diansyah memintaku untuk tidak menggunakan hp dulu dan memblokir nomor penipu, khawatir penipu itu menelepon lagi. Sambil menguatkan aku: semoga diganti rezeki yang lebih baik.
Cerita ini khusus kutulis untuk kawan-kawan. Kalo ada yang menelepon, trus ngomong "kok nomorku gak disimpan?" tanyain aja benar-benar, selengkap-lengkapnya, detail dia siapa. Penipuan ini memanfaatkan kepercayaan kita terhadap orang terdekat. Seperti aku yang sudah benar-benar percaya sama Tio. Diansyah berpikir bahwa aku kena hipnotis, makanya Diansyah langsung menyuruhku cepat berwudhu. Tapi kalo menurutku itu bukan hipnotis, karena aku ingat seluruh kejadian dan apa yang disampaikan oleh penipu.
Aku berusaha tetap tenang, ngadem, tapi jujur, aku sedikit nge-bleng. Kukirim sms sama nomor penipu itu,
Kemudian aku pulang, tak lupa mengucapkan terima kasih pada Diansyah. Diansyah memintaku untuk tidak menggunakan hp dulu dan memblokir nomor penipu, khawatir penipu itu menelepon lagi. Sambil menguatkan aku: semoga diganti rezeki yang lebih baik.
Sampai di rumah aku masih penasaran, nomor si penipu langsung aku save. Eh, ternyata si penipu ini punya WA.
Dengan foto profil sebuah cangkir.Kok dia yang butuh minum ya? seharusnya kan aku...😣
Tapi mungkin aja dia berkebutuhan khusus, air minum khusus. Sebab hidup terlalu keras kalo minum air mineral biasa.
Ya udah, aku positive thinking n feeling aja, semoga diganti rezeki yang lebih baik, atau mungkin karena aku kurang sedekah.
Dan aku juga baru teringat kalo aku belum jadi mandi.. sementara jam sudah menunjukkan pukul 19.24 dengan kondisiku yang tak memungkinkan untuk mandi malam.
"Astaghfirullahaladzim" Aku kembali ngucap.
Waspada. Modus baru nih
ReplyDeleteiya mbak, semoga yang lain gak kena..
DeleteYa Allah mba, sabar ya. Semoga Allah lapangkan rezeki mba dan mencatat niat baik mba untuk membantu.
ReplyDeletePenipunya warbyaza banget deh zaman sekarang, segala rencana dicoba, ditambah2in pake drama2 pulak. Gemes aku!
aamiin ya Rabb.. semoga setelah ini qt lebih waspada ya mbak..
DeleteSama mbak aku juga pernah hampir ketipu, ngaku ngaku call center gojek mau ngasi hadiah.Udah sampe akun gojekku ke hack, tapi untungnya belum smpe ngirim uang
ReplyDeleteiya, aku juga pernah ditelpon penipu dari gojek mbak,, tp waktu itu gak kena.. tetap waspada ya mbak..
DeleteHaaa... jadi takut. Trus kalo kek gini kita simpen uang dimana??
ReplyDeleteKetika bank tidak lagi save...
Adek saya pernah ngalamin yg kaya gini... tp dia langsung ngajak ketemuan karena kebetulan tempat yg disebutkan dekat...
ReplyDeletealhamdulillah gak kena ya mbak..
Delete